Mengawali tahun 2012, banyak kalangan memperkirakan pertumbuhan industri
di Batam slow down karena masih ada persoalan birokrasi dan regulasi
yang membuat investor masih ragu menanamkan investasinya di Batam.
Pengusaha hanya berharap kondisi itu tidak sampai mengurangi tenaga
kerja, karena biaya yang harus dikeluarkan cukup besar untuk membayar
pesangon. Hal tersebut diungkapkan Direktur Kawasan industri Batamindo,
Jhon Sulistiawan, di Batam baru baru ini.
"Malaysia melakukan
reformasi birokrasi dengan cepat sehingga kawasan industrinya bisa lebih
maju dibanding Batam, padahal awalnya mereka belajar dari Batam. Oleh
karenanya harus ada pemangkasan-pemangkasan peraturan yang membuat
lambatnya proses perizinan dan lainnya," kata Jhon.
Meski
dihantui sikap pesimistis, namun sejumlah pihak tetap optimistis
terhadap pertumbuhan industry di Batam tahun 2012. Pasalnya, pada akhir
tahun 2011 terdapat investasi sekitar 300 miliar rupiah yang dilakukan
sejumlah perusahaan asing untuk meningkatkan kapasitas produksinya.
Kemudian minat investor asing untuk menanamkan modalnya juga cukup
tinggi terlihat dari aplikasi rencana investasi yang sedang di urus.
Kepala
BI Batam Elang Tri Praptomo mengatakan, meski sejumlah sektor industri
mengalami perlambatan pada tahun ini, namun masih ada beberapa sector
yang diperkirakan tumbuh seperti industry penunjang aktivitas offshore
yang bergerak dibidang galangan kapal dan logistic minyak dan gas atau
migas.
Saat ini industry itu sudah mencapai lebih dari 120
perusahaan dengan serapan tenaga kerja sekitar 200 ribu orang. Industri
ini telah meningkatkan penjualan pipa baja sehingga sejumlah produsen
pipa baja di Batam mengalami pertumbuhan penjualan. Meski demikian,
pemerintah dirasa perlu melakukan proteksi karena saat ini banyak pipa
baja asal China yang dijual bebas di Batam dengan harga murah yang
dikuatirkan dapat mengancam keberadaan perusahaan pipa baja lokal.
Melambatnya
perekonomian Batam tahun 2012 juga tidak terlepas dari kondisi buruknya
perekonomian Singapura tahun ini yang diperkirakan pejabat serta analis
negara itu. Kondisi itu tidak berlebihan karena Singapura merupakan
investor dan pasar terbesar dari produksi yang dihasilkan industry di
Batam.
Sejumlah pihak berharap pemerintah berperan untuk dapat
mengurangi sejumlah risiko bisnis yang terjadi di Batam agar pertumbuhan
industry bisa terjaga. Caranya dengan memangkas birokrasi, mempercepat
revisi PP no 02 tahun 2009, mempercepat reposisi kelembagaan BP Batam
serta memperjelas status lahan khususnya di Pulau Rempang dan Galang.
Bergerak Melambat
Awal
tahun 2012, industri di Batam mengalami pukulan dengan tutupnya
sejumlah perusahaan asing sehingga investor memperkirakan pertumbuhan
industri dan ekonomi daerah ini akan melambat. Namun, ditengah sikap
pesimistis tersebut ternyata masih ada sikap optimistis terhadap kondisi
2012 ditandai dengan investasi yang dikeluarkan sejumlah perusahaan
yang nilainya ditaksir 300 miliar rupiah untuk menambah kapasitas
produksi.
Elang mengatakan, kondisi 2011 tidak cukup
menguntungkan bagi Batam karena pertumbuhan ekspor dan industri
pengolahan mengalami perlambatan. gus/E-12