Siapa yang tidak pernah melakukan impulse buying? Hampir dari kita mungkin pernah melakukannya. Berbagai alasan dan kondisi yang membuat kita kerap atau beberapa kali melakukan impulse buying ini. Impulse buying bisa diartikan sebagai suatu kondisi yang membuat kita terpaksa membeli sesuatu secara mendadak atau tiba-tiba tanpa direncanakan sebelumnya.
Banyak kondisi yang membuat kita terpaksa melakukan impulse buying. Misalnya ketika sedang menemani anak membeli belanja dapur rutin, tiba-tiba melihat ada promo hot sale hingga sampai diskon 70%! Maka hasrat belanja pun langsung muncul seketika, sehingga terjadilah transaksi. Bisa jadi ketika sedang iseng jalan-jalan di mal melihat-lihat gadget, tiba-tiba ada harga gadget yang miring dan ternyata sesuai dengan gadget yang diidam-idamkan, antas langsung tancap gas diam-diam mengulik uang tabungan untuk segera meng-closing pembelian. Dan tentu saja masih banyak alasan dan situasi kondisi lain yang membuat kita kerap “terjebak” dalam kondisi impulse buying.
Pertanyaannya sekarang apakah impulse buying ini dibenarkan dan bijak dalam konteks pengelolaan keuangan keluarga? Jawabannya bisa ya bisa tidak. Bijak dan benar bila ternyata nantinya barang yang dibeli tidak mengganggu cashflow keuangan keluarga dan tentu saja sangat penting dan bermanfaat fungsinya ketika digunakan. Tidak bijak bila ternyata pembelian tersebut hanya menurutkan nafsu keinginan dan ukan berdasarkan kebutuhan, ditambah lagi ternyata berakibat terganggunya arus kas keuangan keluarga.
Menurut pakar keuangan keluarga Ahmad Gozali ada kiat-kiat yang diberikan beliau untuk mengatasi perilaku impulse buying ini yaitu sebagai berikut:
- Jangan ambil keputusan di tempat, tinggalkan dulu lokasi/barangnya sambil lihat-lihat yg lain. Hal ini dilakukan untuk menenangkan pikiran kita dulu sambil merenung benar atau tidak keputusan kita melakukan pembelian barang tersebut. Kalau hanya bersifat impulsif, biasanya akan hilang keinginannya begitu ditinggalkan.
- Selain itu, batasi juga kesempatan untuk terjadinya kondisi impulsif ini. Yaitu dengan membatasi daya beli.
- Batasi uang cash & kartu bayar yang dibawa. Karena secara sadar atau tidak, dengan selalu membawa uang tunai dan alat pembayaran non-tunai seperti kartu kredit, kartu debit dan semacamnya dalam jumlah yang “mapan” bisa membuat kita larut dalam kebiasaan impulse buying. Karena tentu saja ketika ada hasrat membeli tiba-tiba muncul, maka kita langsung ingat dengan uang yang selalu menemani kita dalam jumlah cukup tersebut.
Bila dirasa perlu, sebenarnya Anda bisa juga menggunakan alat bantu software MyFamily Accounting untuk membantu Anda mengendalikan dari perilaku impulse buying ini. Karena pada software MyFamily Accounting ada fitur APBK (Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga). Sehingga setiap pengeluaran Anda akan diperiksa ketat apakah sudah dianggarkan atau tidak. Nah, fitur ini akan sangat membantu Anda karena setiap tiba-tiba muncul impulsif tersebut Anda akan bisa memeriksa terlebih dahulu, anggarannya ada atau tidak. Bila tidak berarti harus dianggarkan dul
No comments:
Post a Comment