
halte
busway sudah penuh dengan puluhan kepala. karena penuh itulah emosi
gampang tersulut. seorang bapak dengan mudahnya mengeluarkan kata-kata
kasar kepada wanita yang kira-kira paruh baya. ya, lagi-lagi saya tidak
dapat berbuat apa-apa karena saya lelah. lebih baik saya tetap tertib
antri dan kembali mendengarkan lantunan Kiroromiarai.
akhirnya
saya naik ke dalam bus merah itu. terhimpit, dihimpit, dan menghimpit.
saya berusaha tidak peduli. terus saja saya berdiri sampai akhirnya saya
bingung sendiri. kata orang bijak, "malu bertanya, sesat di jalan". ya sudahlah saya bertanya kepada petugasnya, "Pak, kalau mau transit ke UKI turun dimana yah?" "Ya di UKI, Pak"
hey, memang saya sudah Bapak - bapak ya meski kumis sudah ada hee ? Oh iya saya lupa kalau pakaian saya
tidak mencerminkan umur saya. lagi-lagi ya sudahlah. Apa mau dikata.
Walaupun
lelah, saya tetap menikmati kesendirian sepulang kerja, dan langsung menuju Kampus, sama seperti
keinginan impulsif saya setiap saat. Saya tidak iri melihat berbagai
macam kepala berbincang-bincang dengan kepala lain. Tapi ada satu yang
saya rasa aneh. Apa yah? Ah iya. Itu dia. Mata itu terus tertuju kepada
saya. Seorang Wanita berbadan tinggi, putih, bermta sipit, persis seperti Gadis tionghoa di film china. Terbalut rapi dalam pakaian putih bersih, celana
bahan Hitam, dan sepatuhak tinggi. sekilas saya berpikir dia
adalah mahasiswi atau pegawai kantor dalam satu departemen di perusahaannya, tapi ya sudah saya
berhenti membuat spekulasi.
Halte
transit pun tiba. Saya segera turun karena perjalanan masih panjang.
berjalan tergesa-gesa diiringi langkah kaki lain. waw ternyata antrian
sangat panjang. sangaaaaaaaaaaaaaaaaaatttttt panjaaaaaaaaaaaannnnnnnnng.
Loh, si cece itu ternyata mau transit juga. saya percepat langkah saya
dan masuk ke dalam baris antrian. Loh, si cewe itu antri tepat di
belakang saya. Tiba-tiba dia memulai pembicaraan. Kurang lebihnya
pembicaraan mengenai jalur busway. karena saya tidak fasih rute busway,
jadi saya hanya senyum-senyum saja.
Oh
arah kita sama. itu yang saya tangkap dari pembicaraan yang kurang
jelas tersebut. akhirnya, setelah menunggu beberapa lama saya masuk ke
dalam bus yang sekarang bukan berwarna merah lagi, melainkan abu-abu.
dan, loh? ko si Cewe itu berdiri tepat di samping saya lagi yah? sebuah
kebetulan atau kesengajaan? biarin deh. saya terus berdiri sambil
mendengarkan Radiohead di iPod. tiba-tiba dia memulai percakapan lagi
dan saya kembali larut dalam percakapan tersebut. oke akhirnya pecakapan
itu selesai. dan dia tiba-tiba saya bertanya "Ada nomer telepon?"
***

percintaan saya bukan di atas busway
bukan di antara penuh dan sesaknya himpitan para penumpang
dan di antara napas yang terengah-engah
menggantung waktu, aku hanya berharap untuk mengetahui itu hanyalah pertanyaan
mencubit diri hanya untuk memastikan seharusnya tidak begini kalau aku tak salah mengartikan.